Senin, 27 Maret 2023
06 Ramadan 1444 H
Home / Fokus / Kebangkitan UMKM Pascapandemi
Foto dok. Pexels
Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar di berbagai sektor di seluruh negara di dunia.

Sharianews.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar di berbagai sektor di seluruh negara di dunia. Tidak hanya sektor kesehatan tetapi sektor pendidikan, politik, ekonomi, sosial, dan budaya juga terdampak. Perekonomian Indonesia mengalami perubahan, termasuk pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mengalami dampak penurunan signifikan.

Pada sisi permintaan, berkurangnya permintaan akan barang dan jasa  berdampak pada UMKM hingga tidak dapat berfungsi optimal yang berujung pada berkurangnya  likuiditas  perusahaan.  Hal  ini menyebabkan masyarakat kehilangan pendapatan, karena UMKM tidak berkemampuan membayar hak upah pekerja. Pada   kondisi terburuk,  pemutusan  hubungan  kerja  terjadi secara sepihak (Suryani, 2020).

Sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19 dan sekitar 93,2 persen dari jumlah tersebut terdampak pada sisi turunnya penjualan (survey Bank Indonesia, 2021). Di lain kesempatan, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa selama ini UMKM memiliki kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dengan kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada, serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi. Sebegitu hebatnya kontribusi UMKM bagi bangsa ini.

Dengan tatanan sosial dan ekonomi yang berubah akibat pandemi Covid-19, apa yang harus dilakukan oleh para pelaku UMKM setelah badai Covid-19 ini mereda? Apakah mereka harus memulai dari awal lagi atau tidak? Sehingga UMKM dapat kembali bangkit dan tumbuh agar memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.

Dengan berubahnya situasi ini, para pelaku UMKM kiranya dapat melakukan beberapa analisis sebelum memulai mengembangkan usahanya kembali. Seperti melakukan analisis internal, eksternal, pelanggan, pesaing, dan dilengkapi dengan  analisis gap.

Analisis gap dilakukan agar dapat membandingkan kinerja UMKM saat ini dengan keadaan yang diinginkan di masa depan. Analisis gap yang dilakukan dengan menggunakan hasil analisis-analisis sebelumnya dan mengubah menjadi keadaan yang diinginkan. Analisis gap bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang ada dengan membandingkan kondisi saat ini dengan ideal (Rodríguez-Díaz et al., 2018).

Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi maka untuk menyelesaikannya perlu dilakukan prioritas penyelesaian masalah. Untuk melakukannya dapat menggunakan prinsip Pareto yang menyebutkan bahwa 80% masalah yang ada disebabkan oleh 20% permasalahan (Germanova-Krasteva, D., & Dimcheva, 2020).

Contoh permasalahan yang timbul setelah pelaku UMKM melakukan analisis-analisis di atas adalah minimnya modal usaha, tenaga kerja yang kurang kompeten, kurangnya inovasi produk, kesulitan dalam mendistribusikan barang, dan belum mengoptimalkan pemasaran secara online. Ternyata setelah melakukan analisis gap, ditemukan bahwa kurangnya inovasi produk adalah prioritas masalah pada UMKM tersebut.

Salah satu cara untuk penyelesaian masalah tentang inovasi produk dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pengembangan bisnis berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Igor Ansoff, seorang Profesor dari Rusia, yang dikenal dengan Matriks Ansoff. Matriks ini digunakan agar menemukan sumber-sumber pertumbuhan yang paling mungkin dan dapat disesuaikan dengan kondisi saat ini. Matriks Ansoff membagi strategi pengembangan bisnis menjadi 4 bidang yaitu: Penetrasi Pasar, Pengembangan Pasar, Pengembangan Produk, dan Diversifikasi.

Pertama, Penetrasi Pasar. Pertumbuhan terjadi dengan melakukan penetrasi pasar dengan produk yang sama dengan melakukan beberapa cara, seperti meningkatkan basis pelanggan yang ada saat ini. Dengan mengakuisisi pelanggan baru pada pasar yang sama secara langsung dapat memberikan pertumbuhan bisnis yang signifikan. Tujuannya adalah memenangkan persaingan dan perebutan market share dengan para pesaing. Contoh dari strategi ini adalah perang diskon dan gratis ongkos kirim di saluran penjualan marketplace.

Kedua, Pengembangan Pasar. Pertumbuhan terjadi dengan fokus mengembangkan dan menggarap pasar yang baru meskipun masih tetap dengan produk yang sudah ada dengan beberapa cara, seperti perluasan area penjualan secara geografis. Misalnya melakukan penjualan di provinsi baru, membuka pasar luar negeri, dan bisa juga dengan mengembangkan saluran yang baru, misalnya melalui situs, supermarket, pasar tradisional, dan institusi.

Ketiga, Pengembangan Produk. Pertumbuhan terjadi dari pengembangan produk saat ini untuk pasar yang sama. Lebih baik bila tidak bertumbuh dari produk yang akan usang, tidak berkembang, atau bahkan akan ditinggalkan. Pelaku UMKM harus memberikan perhatian pertumbuhan bisnis pada produk-produk baru yang memberikan manfaat baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan loyalitas pelanggan. Keunggulan dari strategi ini adalah pasar sudah mengenal UMKM tersebut dengan baik. Contoh strategi pengembangan produk adalah bila UMKM yang selama ini memproduksi kudapan hanya dengan satu jenis varian rasa bisa menambahkan dengan jenis varian rasa yang lain. Selain menambah varian rasa juga bisa menambahkan varian gramasinya.

Keempat, Diversifikasi. Diversifikasi bisnis bertumbuh dari bisnis yang baru bagi UMKM dengan mengembangkan produk baru dengan pasar yang baru juga. Dalam melakukan strategi diversifikasi bisnis, para pelaku UMKM tidak harus merintis bisnis yang benar-benar baru dan tidak ada hubungannya dengan bidang bisnis sebelumnya, tetapi dapat dilakukan dengan memilih bisnis yang berdekatan baik dari sisi produk, saluran distribusi, dan lain sebagainya. Contohnya bila UMKM yang selama ini hanya memproduksi kudapan bagi orang dewasa bisa mengembangkan kudapan untuk anak-anak atau bahkan untuk para manula.

Jadi strategi pengembangan bisnis mana yang sebaiknya para pelaku UMKM terapkan dalam usahanya? Tentu harus sesuai dengan kebutuhan pasar dan kondisi bisnis saat ini. Semoga dengan melakukan analisis-analisis di atas dapat menghasilkan ide pengembangan bisnis yang matang sehingga UMKM dapat kembali memberikan kontribusi yang lebih dahsyat bagi perekonomian bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini. Pulihlah UMKM, pulihlah Indonesiaku.

Fajar Gumilang Kosasih Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Manajemen Universitas Negeri Jakarta.

Tags: