Selain sangat bermanfaat, Thoharoh juga menguntungkan BPRS.
Selain sangat bermanfaat, Thoharoh juga menguntungkan BPRS.
Sharianews.com. Jakarta - Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah (HIK) Parahyangan, Bandung, berpotensi meraih pendapatan Rp 45,540 miliar melalui program pembiayaan Thoharoh.
Dari delapan BPRS HIK, HIK Parahyangan berpotensi meraih pendapatan terbesar, sementara HIK Ciledug yang paling kecil hanya mencapai Rp 4,9 miliar. Total delapan BPRS HIK berpotensi meraih Rp 144 miliar yang ditargetkan pada Juli 2019.
Thoharoh adalah pembiayaan atau pinjaman yang diberikan kepada konsumen untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi. Bisa diberikan kepada individu maupun kelompok seperti pegawai negeri sipil, yayasan, pesantren, koperasi atau BMT, dan kelompok swadaya masyarakat.
Projects Manager Thoharoh Hemawati menjelaskan, potensi pendapatan BPRS HIK Parahyangan itu lantaran memiliki outlet yang banyak dibanding lainnya. Mereka juga sangat gencar mempromosikan pembiayaan Thoharoh ini di Jawa Barat.
"HIK Parahyangan itu sangat konsen ingin memajukan program ini. Dari sisi bisnisnya juga paling besar. Potensi daerahnya juga paling besar," tuturnya kepada Sharianews.com.
Program pembiayaan Thoharoh ini, kata Hemawati, perlu dilakukan karena anjuran syariah Islam. Ia merasa, masalah kelayakan dan standar kebersihan harus disosialisasikan ulang kepada umat Islam di masjid, pesantren, dan lainnya. Mulai dari kelayakan kamar mandi, air bersih hingga tempat wudhu.
"Bagaimana kalau toiletnya tidak bersih. Bagaimana kalau najisnya tidak hilang. Bagaimana wudhunya mau bagus kalau airnya tidak ada. Bagaimana mau tahajud kalau mencari air wudhunya saja jauh. Bagaimana masaknya bersih kalau airnya kotor," paparnya.
Pembiayaan Thoharoh ini, lanjut Hemawati, menggunakan jasa Wash Expert, tenaga ahli seputar air dan sanitasi. Wash Expert bertugas untuk mendampingi para pemasar dan menghubungkan dengan institusi yang bergerak dalam sanitasi, seperti puskesmas, dan wirausaha sanitasi.
Wash Expert Ciledug Fifi Lutfiyah membenarkan jumlah potensi pembiayaan Thoharoh HIK Ciledug yang terkecil. Hal ini lantaran peraturan di BPRS HIK Ciledug belum jelas, seperti standar operasional prosedurnya. Berbeda dengan BPRS HIK Parahyangan dan BPRS HIK Yogyakarta.
"Potensi tiap daerah berbeda, seperti BPRS HIK Ciledug itu daerah perkotaan. Ini persoalannya soal air bersih. Di desa seperti HIK Parahyangan itu beda lagi,” jelas Fifi kepada Syarianews.com di Tangerang.
Sementara Muhamad Hendri, Bagian Pemasaran Thoharoh Ciledug, mengatakan masyarakat di lapangan memiliki antusiasme yang tinggi menanggapi program ini.
"Mereka antusias, namun begitu ditanya soal jaminan mereka mundur. Ini salah satu masalah kami," imbuh Hendri.
Thoharoh sudah tersebar di delapan BPRS HIK. Yaitu Bekasi, Insan Cita, Yogyakarta, Ciledug, Parahyangan, Cibitung, Surakarta, dan Tegal.
Thoharoh hadir lantaran masih tingginya kebutuhan pembiayaan air dan sanitasi, dan wujud nyata kepedulian lembaga keuangan mikro dalam mendukung target Universal Akses Air dan Sanitasi di tahun 2019. *[SN]
Reporter: Aldiansyah Nurrahman.
Editor: A.Rifki