Pada hemat saya, amil zakat merupakan profesi yang ideal bagi mereka yang mempunyai semua sifat berikut: Ingin berdakwah atau menjadi pendakwah, berdedikasi tinggi dan bersemangat, berjiwa spiritual, concern terhadap ketidakadilan social, suka melayani orang lain, serta ingin mencari pahala.
Sharianews.com, 29 Maret 2019 lalu, saya berkesempatan ke Kantor Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan berdiskusi secara tidak formal bersama teman-teman yang bekerja di sana. Ide-ide yang saya peroleh melalui diskusi tersebut amat bagus, kendatipun ilmu saya tentang gerakan zakat amat terbatas, tetapi saya coba merumuskannya sebaik mungkin sebagai ajakan kepada anak-anak muda yang sedang mencari profesi yang sesuai dengan dirinya.
Pada hemat saya, amil zakat merupakan profesi yang ideal bagi mereka yang mempunyai semua sifat berikut: Ingin berdakwah atau menjadi pendakwah, berdedikasi tinggi dan bersemangat, berjiwa spiritual, concern terhadap ketidakadilan social, suka melayani orang lain, serta ingin mencari pahala.
Berikut adalah penjelasan kenapa amil zakat sesuai dan cocok bagi orang-orang yang mempunyai sifat tersebut.
Ingin berdakwah atau menjadi pendakwah
Kali pertama saya ke Indonesia pada tahun 1996. Jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin terlalu lebar sehingga tidak dapat dijembatani lagi. Salah satu hal yang paling menyedihkan adalah banyaknya pengemis anak-anak. Jelaslah bahwa kebijakan saat itu adalah struktur kebijakan yang hanya menguntungkan si kaya, sebaliknya, memiskinkan si miskin.
Kini, setelah lebih 20 tahun berlalu, banyak perubahan sejak reformasi. Salah satunya adalah timbulnya gerakan zakat yang berfungsi untuk melawan ketidakadilan sosial. Menurut sistem hukum negara di Indonesia, rakyat yang beragama Islam tidak diwajibkan untuk membayar zakat. Di samping itu, pengelolaan zakat juga tidak dilaksanakan oleh badan pemerintah yang ditugaskan secara khusus dan diberi kuasa oleh pemerintah untuk melakukannya seperti sistem pengelolaan zakat di Malaysia.
Namun demikian, kita tidak perlu sedih dengan kondisi tersebut, karena ia membuka ruang bagi kita untuk berusaha dan berjuang. Tidak adanya kewajiban menurut hukum negara untuk membayar zakat berarti pembayaran zakat, selain kemampuan, harus berdasarkan kesadaran. Di bawah kondisi ini, amil zakat harus berfungsi sebagai pedakwah dalam menegakkan rukun Islam.
Adanya kewajiban dalam agama, tidak cukup untuk memastikan semua orang beribadah. Umat Islam harus sentiasa diingatkan akan kewajiban, seperti halnya dengan azan. Tidak ada orang Islam yang tidak tahu bahwa salat merupakan kewajiban. Namun, muazin harus tetap menggemakan suara azan untuk mengajak orang beribadah.
Begitu juga dengan amil zakat. Setiap Muslim tahu bahwa zakat adalah kewajiban. Tetapi zakat sering dianggap lebih sebagai beban daripada kewajiban. Mindset ini harus diubah, dan meluruskan paradigma tersebut membutuhkan usaha yang sistematis dan berterusan. Dakwah gerakan zakat sangat dibutuhkan.
Berdedikasi tinggi dan bersemangat
Karena tidak adanya kewajiban membayar zakat dalam sistem pengelolaan zakat di Indonesia, pengutipan zakat di Indonesia masih amat terbatas. Dari semua jumlah uang yang harus dibayar sebagai zakat, jumlah ini hanya sekitar 6 hingga 7 persen saja yang berhasil dikutip oleh badan-badan amil zakat di Indonesia. Namun begitu, capaian pengutipan zakat yang hanya beberapa persen tersebut sudah amat mengagumkan.
Pengutipan yang masih terbatas juga bukan sesuatu yang harus disayangkan. Jika pengutipan zakat diibaratkan sebagai tanah pertanian, kita masih punya lebih dari 90 persen tanah kosong yang bisa dan harus digarap.
Kini, walaupun pengutipan masih terbatas, semakin banyak orang mendapat manfaat dari adanya gerakan zakat. Coba Anda bayangkan, apa yang akan terjadi jika pengutipan mencapai angka 100 persen. Betapa kokohnya baitul mal.
Berjiwa spiritual
Ketika di kantor Baznas, saya tertarik foto-foto yang menghiasi dinding lorong. Foto-foto tersebut merekam kerja yang dilakukan oleh Baznas. Salah satu foto menunjukkan senyuman ceria yang diukir di wajah seorang wanita separuh baya sebagai penerima zakat (mustahik). Senyuman ini jelas menunjukkan kesyukuran dan penghargaan terhadap apa yang diterima oleh beliau.
Bagi orang yang berjiwa melayani, tidak ada ganjaran spiritual yang lebih baik dari kepuasan yang diperoleh melalui amalan membantu orang lain yang berada dalam kesulitan.
Dalam diskusi dengan teman-teman dari Baznas, bisa dimaklumi bahwa tim bantuan bencana Baznas harus ke tempat yang serba kekurangan setelah bencana yang keselamatannya tidak terjamin setelah perjalanan yang begitu meletihkan.
Kerja bantuan bencana bukan kerja yang ada office hour, tetapi tim bantuan bencana harus bersedia 24 jam sehari, sepanjang waktu mereka berada di tempat terjadinya bencana. Ada juga anggota tim bantuan bencana yang sanggup meninggalkan anak yang usianya baru seminggu demi memberikan bantuan. Anaknya pasti akan bangga dengan kisah tersebut bila dia dewasa nanti.
Bantuan bencana diberikan kepada semua manusia yang ditimpa musibah tanpa mengenal suku kaum dan agama. Ini berarti bantuan seperti ini secara tidak langsung menonjolkan semangat kemanusiaan yang ada dalam agama Islam. Dengan kata lain, kerja bantuan juga menjadi salah satu cara dakwah yang terbaik.
Concern ketidakadilan sosial
Dalam masyarakat yang tidak menjamin keadilan sosial, kepincangan ekonomi pasti akan terjadi. Amil zakat berpotensi untuk menyelesaikan, atau setidaknya meringankan, masalah ini melalui ketentuan dan konsep yang sedia ada dalam agama Islam seperti zakat, sedakah, infak, wakaf dan juga kurban. Gerakan zakat yang dikelola dengan baik bukan saja bisa memberikan bantuan, tetapi juga mampu memberdayakan para mustahik.
Tidak seperti yang dipercayai oleh sebagian pihak, kemiskinan terjadi bukan karena kemalasan si miskin, tetapi rata-rata terjadi akibat struktur sosial yang tidak adil. Di bawah struktur ini mereka dinafikan peluang dan kesempatan yang seharusnya diterima, terutama dalam hal pendidikan dan pengobatan (perawatan kesehatan). Gerakan zakat sama sekali tidak bertujuan untuk membuat orang malas. Sebaliknya, tujuannya adalah membantu mereka yang ingin berjuang dalam hidupnya, tetapi perjuangannya terkendala oleh kemiskinan struktural (atau lebih layak dipanggil pemiskinan).
Salah satu bentuk bantuan yang bisa disalurkan kepada para mustahik adalah bantuan agar mereka dapat memulai bisnisnya sendiri. Ini bukan sekadar memberikan bantuan keuangan saja, tetapi mereka juga diberikan bimbingan serta saluran pemasaran agar bisnis yang dimulainya bisa mandiri. Bantuan seperti ini lebih bermanfaat dibanding pemberian uang, karena pemberian uang tidak dapat menukar corak struktur ‘muzaki-mustahik (pemberi-penerima)’.
Sebaliknya pemberdayaan mustahik melalui bantuan oleh amil zakat artinya sama dengan ‘me-muzaki-kan mustahik’. Dalam skala ekonomi besar, usaha ini dapat memberdayakan dan memandirikan ekonomi negara, karena mereka yang pernah membutuhkan dan harus bergantung pada bantuan, akhirnya dapat menjadi pihak yang mampu meberikan bantuan.
Oleh sebab itu, siapa yang terdorong untuk menyertai gerakan zakat berpeluang untuk meringankan, malah menyelesaikan masalah ketidakadilan sosial yang berlaku menyebabkan kemiskinan secara struktural.
Sangat sulit untuk merealisasikan keadilan sosial yang dikehendaki oleh agama Islam. Zakat bukan seperti charity syang sifatnya sekali habis, yang harus mengharapkan ihsan dan belas kasihan dari orang kaya, tetapi kewajiban yang ditetapkan oleh agama.
Suka melayani orang lain
Coba anda bayangkan, apa akan terjadi setelah seseorang Islam tertarik dengan suara azan yang sangat merdu, lalu menuju ke masjid, tetapi rupanya masjidnya sangat jelek. Kamar kecilnya jorok, lantai tempat berwudu ditumbuhi lumut, dan ruang salat penuh dengan pasir dan debu. Meskipun suara azannya merdu, kemungkinan besar orang tidak mau lagi mengerjakan ibadah salat di masjid tersebut lagi.
Sebaliknya, jika kita mau mengajak orang salat, azan yang merdu saja tidak mencukupi. Kita juga perlu menyediakan fasilitas dan kemudahan kepada para jemaah yang datang ke masjid. Jika kebersihan masjid senantiasa dijaga dan ruang salat diatur dengan rapi, tentu orang yang salat akan merasa nyaman disbanding beribadah di masjid yang tidak terjaga kebersihannya dan tidak terurus dengan baik.
Contoh ini dikisahkan oleh Bapak Arifin Purwakananta, Direktur Utama Baznas, apabila beliau diundang sebagai narasumber pelatihan penggalangan dana publik bagi LSM di Patani, Selatan Thailand. Usaha untuk mengajak orang berzakat juga sama seperti tugasnya muazin yang mengajak orang salat. Masjid juga perlu menyediakan kemudahan agar muzakki terasa ‘enak’ berzakat. Karenanya, orang yang bekerja dalam badan amil zakat, selain harus cakap, amanah dan transparan, mereka juga perlu aktif.
Distribusi zakat yang disalurkan perlu dijelaskan dengan baik, seperti siapakah penerima, kira-kira apakah dampaknya, dan manfaat apa yang diperoleh dari zakat yang dikerluarkannya. Dengan adanya informasi seperti ini, seorang muzaki dapat merasakan dirinya sebagai seorang agen perubahan sosial ke arah yang sesuai dengan kehendak Sang Pencipta.
Dengan kata lain, para muzaki yang mengeluarkan zakat harus dilayani dengan baik, sama seperti perusahaan melayani pelanggannya, karena pembayaran zakat dapat memuaskan hati para muzaki berkemungkinan besar akan berlanjut, dibanding dengan pembayaran zakat yang hanya menerima bukti pembayaran sebagai tanda penerimaan. Karenanya, profesi amil zakat sangat sesuai dengan orang yang suka melayani, karena layanan yang baik dapat melestarikan dan mengembangkan gerakan zakat.
Ingin mencari pahala
Jika Anda adalah seorang yang senantiasa ingin mencari pahala, hampir tidak ada profesi yang sebaik amil zakat. Misalnya, sebagai badan yang kerjanya terkait dengan angka-angka, sebagian pekerja badan amil zakat perlu memasukkan angka-angka tersebut ke dalam komputer, atau mengetik. Jika kerja ini dilakukan di sebuah bank, misalnya, Anda tetap akan mendapatkan gaji. Tetapi jika hal yang sama dilakukan dalam badan amil zakat, setiap ketikan juga akan mendapat pahala, seperti yang dijanjikan oleh Allah dalam Surah Az-Zalzalah (QS 99:7), “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”. Dengan begitu, profesi amil zakat amat sesuai bagi orang yang benar-benar yakin dengan ganjaran yang akan diberikan-Nya nanti.
Teman-teman yang bekerja dalam badan amil zakat yang pernah saya temui bisa dikatakan wajahnya ceria, tidak seperti sebagian teman yang bekerja dengan organisasi atau perusahaan yang lain yang terkadang-kadang stres dengan beratnya kerja yang dilakukannya. Mungkin hal ini karena mereka yang bekerja dalam badan amil zakat sangggup melakukan kerja-kerja yang berat bukan sekadar sebagai kerja, tetapi juga sebagai ibadah.
Jika Anda bersemangat, kerja yang bagaimana berat sekalipun tidak terasa berat. Berat atau tidaknya kerja lebih tergantung pada kondisi mental kita. Dengan demikian, jika Anda beriman dan yakin dengan ganjaran daripada Ilahi, profesi ini amat sesuai untuk dilakoni. (*)